1. MENJAGA LISAN
Sebagai seorang manusia yang merupakan ciptaan Allah SWT, kita diberikan karunia berupa keistimewaan yang berbeda dari makhluk yang lain. Keistimewaan itu berupa nikmat berbicara melalui lisan kita.
Namun demikian kita tidak bisa sembarangan mengeluarkan kata kata melalui lisan kita, karena ucapan yang sudah keluar dari lisan kita bisa mendatangkan manfaat apabila yang disampaikan adalah hal hal yang baik dan berguna serta tidak menyakiti orang lain dan juga bisa mendatangkan mudhorat apabila yang disampaikan itu hal yang tidak baik dan menyinggung orang lain.
Kita dalam keseharian selalu berinteraksi dengan orang lain. Ketika di rumah kita berinteraksi dengan keluarga, saudara, tetangga. Ketika di luar rumah, kita berinteraksi dengan rekan kerja di kantor, sahabat, relasi dan lain lain. Menjaga lisan agar tidak menyinggung perasaan orang lain sangat diperlukan. Jangan sampai karena kesalahan lisan kita bisa berakibat renggangnya hubungan persaudaraan, kekeluargaan, persahabatan dan relasi.
Kalau lisan kita selalu dijaga maka imej tentang diri kita juga akan terjaga. Tidak ada ketakutan dari orang lain terhadap kita. Orang lain akan mempercayai kita ketika akan berbicara atau bermusyawarah. Dimanapun kita berada orang lain akan merasa aman dan nyaman.
Sebaliknya kalau lisan kita tidak terjaga, sering mengatakan hal hal yang buruk, sering menyakiti orang lain dengan ucapannya, maka orang akan menghindari kita apabila akan berbicara atau bermusyawarah. Dan kalau imej itu sudah melekat pada diri kita akan sulit untuk mengubahnya.
Keutamaan Menjaga Lisan
Menjaga lisan sangat dianjurkan dalam kehidupan sehari hari kita. Perintah dan anjuran untuk kita senantiasa menjaga lisan ada di Alqur’an dan juga di hadits.
Ayat tentang Menjaga Lisan
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًايُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Barangsiapa mentaati Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenengan yang besar” [Al-Ahzab : 70-71].
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَّحِيمٌ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sesungguhnya sebagian tindakan berprasangka itu adalah dosa. Janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah kamu sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? Tentu kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang” [Al-Hujurat : 12].
Hadis tentang menjaga Lisan
- “Sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan keridhoan Allah, namun dia menganggapnya ringan, karena sebab perkataan tersebut Allah meninggikan derajatnya. Dan sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan kemurkaan Allah, namun dia menganggapnya ringan, dan karena sebab perkataan tersebut dia dilemparkan ke dalam api neraka.” (HR Bukhari dan Muslim)
- “Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kalimat tanpa dipikirkan terlebih dahulu, dan karenanya dia terjatuh ke dalam neraka sejauh antara timur dan barat.” (HR. Muslim no. 2988)Mm
Menjaga Lisan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu berkata yang baik atau kalau tidak mampu maka diam. Jadi diam kedudukannya lebih rendah dari berkata baik namun masih baik dibanding dengan perkataan yang tidak baik.
Demikian betapa pentingnya kita untuk selalu menjaga lisan kita. Jangan sampai gara gara lisan kita yang tidak terjaga mengakibatkan hubungan kita dengan orang lain menjadi tidak harmonis. Semoga paparan di atas memberikan manfaat agar hidup kita di dunia menjadi lebih baik dan di akhirat terhindar dari api neraka.
*Sumber: Ibu Sumirah, Amd UII
2.. MENUTUP AIB ORANG LAIN Islam mengajarkan kita untuk menutup aib diri sendiri, begitu juga menutup aib orang lain. Bahkan, perintah untuk tidak mengumbar aib dan keburukan menjadi salah satu penyebab turunnya ayat Al-Quran, yakni Surat Al Hujurat ayat 12.
Asbab AlKisah;
Hal ini terjadi ketika salah satu sahabat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, Salman al Farisi, ketika selesai makan ia langsung tidur dengan mendengkur. Kelakuan Salman diketahui orang lain dan menjadi bahan pergunjingan, hingga akhirnya aib tersebut tersebar luas.
Akibat kejadian tersebut Allah. Ta’ala menurunkan ayat,
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS Al-Hujurat:12).
Kenapa ‘ aib ‘ begitu antusias dibicarakan orang? Apalagi umumnya banyak dilakukan oleh kaum wanita? Secara istilah, aib merupakan sesuatu yang ada pada diri seseorang yang sifatnya buruk atau tidak menyenangkan. Karena itu, aib adalah suatu hal yang harus ditutup rapat-rapat dan tak boleh disebarkan. Meski bukan sejenis hoaks, namun aib sesuatu yang buruk sehingga tak boleh diketahui orang lain. Sebab hal itu sangat memalukan.
Setiap orang memiliki aibnya masing-masing, untuk itulah Allah memerintahkan untuk menutupi aib diri sendiri dan sesama muslim, seperti tertera pada Surah Al Hujurat tersebut.
Allah telah menciptakan manusia dengan sempurna , dimana setiap alur kehidupannya Allah sudah tentukan dengan jalannya masing-masing. Terkadang manusia melakukan hal-hal yang tak sepantasnya dilakukan, seperti membuka aibnya sendiri yang sebelumnya telah ditutupi oleh Allah yang Maha baik.
Rasulullah Shalallahu alaihi wa sallam bersabda,
“Setiap umatku dimaafkan kecuali orang yang terang-terangan (melakukan maksiat). Dan termasuk terang-terangan adalah seseorang yang melakukan perbuatan maksiat di malam hari, kemudian di paginya ia berkata: wahai fulan, kemarin aku telah melakukan ini dan itu padahal Allah telah menutupnya- dan di pagi harinya ia membuka tutupan Allah atas dirinya.” (HR Bukhari Muslim)
Ibnu Abdil Barr ketika menjelaskan hadis ini dan sejenisnya, menjelaskan : “Dalam hadis ini terdapat dalil yang menunjukkan bahwa ketika seorang muslim melakukan perbuatan yang keji wajib baginya menutupinya, dan begitu juga ia wajib menutupi aib orang lain.”
Jadi, seorang muslim dan muslimah wajib menutup aibnya sendiri dan aib orang lain. Dia tak boleh menyebarkan aib tersebut kepada siapapun, termasuk kepada suami atau keluarganya sendiri. Sebuah hadis menceritakan, kisah seorang perempuan yang menemui Aisyah radhiyallahu’anha dan menceritakan sebuah aib yang ia alaminya.
Dari Maryam binti Thariq meriwayatkan bahwa seorang perempuan menemui Ummul Mukminin Aisyah radhiyallahu’ anha. “Wahai Aisyah,’ kata perempuan itu, ‘ketika aku sedang pergi haji menuju Baitullah, laki-laki yang menyewakan kendaraan untuk jamaah haji itu sengaja menyentuh betisku’
Belum selesai kalimat itu, Aisyah langsung menghentikannya, Sudah, cukup. Aisyah kemudian berpaling dan menyuruh perempuan tersebut keluar. Setelah itu, Ummul Mukminin juga keluar dan mengumpulkan para perempuan mukminah lantas menasehati mereka semua:
‘Wahai wanita-wanita mukminah, jika kalian berbuat salah, janganlah sekali-kali menceritakannya kepada orang lain. Mintalah ampunan kepada Allah dan bertaubatlah. Manusia seringkali menginginkan membuka aibnya dan tidak menutupinya. Sedangkan Allah bermaksud menutupinya dan tidak membukanya.’
Sehingga, ketika seseorang yang memiliki aib pada masa lalu, namun ia dapat menjaga lisannya untuk tidak menyebarkan keburukan orang lain, niscaya Allah akan menolong ia untuk menutup aib yang ada pada dirinya. Begitupun sebaliknya, jika tetap menyebarkan aib orang lain maka Allah akan membuka aib kita di dunia dan akhirat.
Hal itu tercermin dalam sebuah hadist riwayat Tirmidzi:
Artinya, ‘Dan barangsiapa yang menutupi (aib) seorang muslim sewaktu di dunia, maka Allah akan menutup (aibnya) di dunia dan akhirat.” (HR. At Tirmidzi)
Dari penjelasan di atas, masihkah kita akan menyebarkan aib orang lain? Sesungguhnya Allah mengharapkan dan menerima taubat hamba-Nya
Sumber: .Prof. Dr. Novianty Djafri, M.Pd.I
1.Dampak apa yang ditimbulkan jika tidak menjaga lisan?
BalasHapus2. Apa ganjaran yang kita dapatkan jika menutupi aib orang lain ?
Jawabannya ditulis sekalian
HapusNama :Nurwasis kelas 11 Paket c
BalasHapus1.mengapa menjaga lisan sangat penting bagi kita?
Agar hubungan antar sesama menjadi harmonis
2.sebutkan ayat alquran yang menjelaskan perintah untuk menutup aib orang lain?
Qs Al Hujurat ayat 12
👍🏾👍🏾👍🏾
Hapus1.Apa dampak yang terjadi jika kita tidak menjaga lisan?
BalasHapus-menyakiti hati.
-tidak dipercaya.
-dosa.
2. Apa yang kita dapat jika kita menutupi aib orang lain?
-allah akan menutupi aibnya diakhirat.
-allah juga akan menutupi aibnya didunia.
-menghapus dosa.
1.mengapa menjaga lisan sangat penting bagi kita?
BalasHapusAgar hubungan antar sesama menjadi harmonis
2.sebutkan ayat alquran yang menjelaskan perintah untuk menutup aib orang lain?
Qs Al Hujurat ayat 12
1. Apa yang terjadi jika kita tidak bisa menjaga lisan saat berbicara?
BalasHapus-maka orang lain akan menjauhi kita.
2. Apa yang tejadi jika kita mensebar luaskan aib orang lain?
-allah akan menukar dosa orang "itu" dengan pahala kita dan kita akan mendapat dosa yang lebih banyak.
-orang yang kita sebar aibnya akan malu karena menjadi pembicaraan orang lain dan orang lain itu mendapatkan dari kita. Itu dosa.
1.Apa dampak yang terjadi jika kita tidak menjaga lisan?
BalasHapus-menyakiti hati.
-tidak dipercaya.
-dosa.
2. Apa yang kita dapat jika kita menutupi aib orang lain?
-allah akan menutupi aibnya diakhirat.
-allah juga akan menutupi aibnya didunia.
-menghapus dosa.
Islam sangat menekankan pentingnya menjaga lisan (ucapan) dalam interaksi sehari-hari dengan orang lain. Lisan bisa mendatangkan manfaat jika digunakan untuk berkata baik dan berguna, namun bisa mendatangkan mudharat jika digunakan untuk berkata tidak baik dan menyakiti orang lain.
BalasHapusKeutamaan Menjaga Lisan:
1. *Dianjurkan dalam Al-Qur'an dan Hadits*: Ayat Al-Qur'an (Al-Ahzab 70-71, Al-Hujurat 12) dan hadits Nabi menekankan pentingnya menjaga lisan.
2. *Mendatangkan keridhaan Allah*: Ucapan yang baik bisa meninggikan derajat di sisi Allah.
3. *Mempengaruhi hubungan dengan orang lain*: Menjaga lisan membantu menjaga harmoni hubungan dengan keluarga, sahabat, dan relasi.
Cara Menjaga Lisan:
1. *Berkata yang baik*: Mengucapkan kata-kata yang positif dan tidak menyakiti.
2. *Diam*: Jika tidak bisa berkata baik, maka diam lebih baik daripada berkata tidak baik.
Akibat Tidak Menjaga Lisan:
- Bisa merusak hubungan dengan orang lain.
- Bisa mendatangkan kemurkaan Allah dan menjerumuskan ke neraka (seperti disebutkan dalam hadits).
*2*
Islam sangat menekankan pentingnya menutup aib (kelemahan/kesalahan) diri sendiri dan orang lain. Surat Al-Hujurat ayat 12 turun terkait dengan larangan menggunjing dan mencari-cari keburukan orang lain, yang diilustrasikan seperti memakan daging saudara yang sudah mati.
Poin Penting:
1. *Aib harus ditutup*: Aib adalah sesuatu yang buruk pada diri seseorang yang harus ditutupi dan tidak disebarkan.
2. *Larangan menyebarkan aib*: Allah memerintahkan untuk tidak mengumbar aib diri sendiri maupun orang lain (QS Al-Hujurat:12).
3. *Akibat menyebarkan aib*: Jika menyebarkan aib orang lain, Allah bisa membuka aib kita di dunia dan akhirat (HR At-Tirmidzi).
4. *Allah menutup aib*: Allah bermaksud menutupi aib hamba-Nya, sehingga kita sebaiknya juga menutupinya dan tidak mengumbarnya.
5. *Taubat diterima Allah*: Allah menerima taubat hamba-Nya, sehingga jika memiliki kesalahan, sebaiknya meminta ampunan dan bertaubat daripada menyebarkannya.
6. *Contoh Rasulullah dan sahabat*: Rasulullah dan para sahabat seperti Aisyah radhiyallahu'anha menekankan pentingnya menjaga dan menutup aib.
.
Nama Budi Santoso
HapusKelas 11
Soal
Baca dengan teliti dan seksama. Kemudian buatlah rangkuman dari bab tersebut,
Jawaban
Bab tentang menjaga lisan dan menutup aib orang lain menekankan pentingnya mengendalikan perkataan untuk tidak menyebarkan keburukan orang lain, serta keutamaan menutup aib sesama di dunia dan akhirat sesuai perintah agama. Larangan ini didasari oleh perintah Allah SWT dalam Al-Qur'an dan hadis, serta keutamaan besar bagi orang yang mampu menutupi kekurangan orang lain, yaitu Allah akan menutupi aibnya sendiri di akhirat.
Pentingnya Menjaga Lisan
Kebaikan dan Keburukan Lisan:
Lisan ibarat pisau bermata dua; bisa membawa kebaikan seperti ilmu dan nasihat, namun juga bisa melukai hati dengan fitnah, gosip, dan ucapan kasar.
Menghindari Dosa Ghibah:
Membicarakan aib orang lain adalah perbuatan ghibah yang menyerupai memakan bangkai saudara sendiri, sebuah dosa besar yang dilarang dalam Al-Qur'an.
Tanggung Jawab di Akhirat:
Setiap perkataan yang diucapkan akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT, seperti yang dijelaskan dalam QS. An-Nur ayat 24.
Menutup Aib Orang Lain
Definisi Aib:
Aib adalah kekurangan, cacat, noda, atau perilaku yang tidak diinginkan dan memalukan untuk diketahui orang lain.
Perintah Agama:
Menutup aib orang lain merupakan bentuk kasih sayang dan akhlak mulia yang sangat dianjurkan dalam Islam.
Keutamaan Menutup Aib:
Seseorang yang menutup aib saudaranya akan mendapatkan balasan berupa Allah SWT yang juga akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat.
Upaya Menutupi Aib:
Tidak menyebarkan kekurangan atau masa lalu buruk seseorang.
Menjaga rahasia dan kepercayaan yang diberikan seseorang.
Berusaha mengubah orang yang berbuat buruk menjadi baik, sehingga kejahatannya tertutup kebaikan.
Jika tidak mampu berkata baik, maka lebih baik diam, karena diam lebih baik daripada perkataan buruk.